![]()

SD YPPSB 2 Sangatta mendatangkan beberapa orang tua siswa yang berprofesi sebagai entrepreneur untuk berbagi inspirasi tentang dunia bisnis. Salah satunya adalah Ibu Sri Sudarti, orang tua dari Davina Renggani Artianbel kelas 5C. Ia adalah sosok wanita tangguh yang dikenal sebagai pengusaha muslimah sukses di kota Sangatta, Kutai Timur. Dengan semangat yang membara, ia menceritakan perjalanan hidupnya kepada para siswa yang menyimak dengan penuh perhatian. Tidak sekadar kisah sukses, tetapi juga tentang perjuangan, ketekunan, dan keyakinan bahwa mimpi bisa diwujudkan jika kita bersungguh-sungguh.
Sri Sudarti tidak pernah menyangka bahwa kerinduan akan kampung halaman bisa menjadi jalan hidup yang penuh berkah. Berasal dari Jogja, ia merantau ke Sangatta mengikuti suaminya, Danuris Andi P, yang bekerja di PT KPC departemen MO. Kota kecil Sangatta ini memberinya banyak hal baru, tetapi juga meninggalkan sebuah ruang kosong di hatinya—sebuah rasa rindu yang hanya bisa diobati dengan satu cara: masakan. Bagi Sri, makanan bukan sekadar pemenuh rasa lapar, tetapi juga jembatan kenangan dan pengobat rindu. Saat ia kesulitan menemukan makanan Jepang di Sangatta, sesuatu dalam dirinya tergerak. Ia ingin menghadirkan cita rasa negeri Sakura ke kota ini, tidak hanya untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk siapa saja yang ingin mencicipinya.
Ketika pertama kali memutuskan untuk membuka usaha, Sri memulainya dengan penuh keterbatasan. Ia tidak memiliki modal besar, hanya dapur kecil dan keyakinan besar. Dengan tangan yang gemetar namun hati yang teguh, ia mulai bereksperimen dengan berbagai resep, mencari kombinasi terbaik yang bisa ia tawarkan kepada pelanggan. Ia menghadirkan menu seperti burger khas Onel Chan yang unik, ramen yang kaya rasa, serta berbagai hidangan khas Jepang yang dikemas dengan hati. Setiap masakan yang ia buat bukan hanya tentang cita rasa, tetapi juga tentang kisah, tentang keberanian, dan tentang kerinduan yang kini berubah menjadi harapan.
Membuka usaha tidak pernah mudah, dan Sri merasakannya sejak hari pertama. Tidak semua orang di Sangatta akrab dengan masakan Jepang. Ia harus berjuang keras untuk memperkenalkan makanan buatannya, meyakinkan orang bahwa cita rasa yang ia bawa pantas untuk dicoba. Ada hari-hari di mana pelanggan datang begitu sedikit hingga ia mulai meragukan keputusannya. Ada saat di mana modal hampir habis, dan ada malam-malam ketika ia menangis dalam diam, bertanya-tanya apakah impian ini layak untuk terus diperjuangkan. Namun, setiap kali ia melihat putrinya, Davina, yang selalu memandangnya dengan penuh harapan, ia tahu bahwa ia tidak boleh menyerah. Ia ingin putrinya melihat bahwa seorang ibu bukan hanya sosok yang merawat, tetapi juga yang berani berjuang demi keluarga.
Perlahan tapi pasti, Onel Chan mulai dikenal. Dari satu outlet kecil di Jl. Yos Sudarso IV, kini usahanya berkembang ke Gg. Sukarela dan Jl. Yos Sudarso I. Pelanggannya bertambah, begitu pula kepercayaan dirinya. Setiap pelanggan yang datang bukan hanya pembeli, tetapi juga bagian dari perjalanannya. Sri Sudarti selalu menyapa dengan senyuman, dengan tangan yang terus bekerja, dan dengan hati yang tak pernah menyerah. Ia ingin pelanggan merasakan bukan hanya kelezatan makanan yang ia buat, tetapi juga semangat dan cinta yang ia tuangkan dalam setiap hidangan. Ia ingin setiap orang yang datang ke Onel Chan merasa seperti pulang ke rumah, menemukan kehangatan dalam setiap suapan.
Kini, ketika melihat kembali perjalanan yang telah ia tempuh, air mata sering kali menggenang di matanya. Bukan air mata kesedihan, tetapi air mata syukur. Ia bersyukur pernah merasa rindu, bersyukur pernah merasa kesulitan, dan bersyukur karena tidak pernah menyerah. Karena di balik setiap tantangan, ada sebuah cerita indah yang menunggu untuk diceritakan. Sri Sudarti telah membuktikan bahwa perjuangan tidak pernah sia-sia. Bahwa impian yang dikejar dengan sepenuh hati, walau jalan terjal dan penuh rintangan, pada akhirnya akan menemukan jalannya sendiri.
Onel Chan bukan hanya tentang makanan. Ini adalah kisah tentang keberanian seorang wanita, tentang cinta seorang ibu, dan tentang bagaimana impian bisa tumbuh dari sebuah dapur kecil. Sri Sudarti telah membuktikan bahwa keajaiban tidak datang begitu saja—ia dimasak dengan ketekunan, disajikan dengan cinta, dan dinikmati dengan penuh rasa syukur. Kini, ia tidak hanya memiliki bisnis yang berkembang, tetapi juga warisan semangat yang ia tanamkan kepada putrinya, kepada para pelanggan, dan kepada siapa saja yang percaya bahwa impian layak diperjuangkan, apa pun rintangannya.
Sismanto Kumpul dan Berbaris . . .