oplus_1043

Sebuah Liburan yang Menyentuh Hati

Loading

Liburan kali ini sedikit berbeda. Putri pertama saya, yang kini menempuh pendidikan di Pesantren Tambak Beras Jombang, tidak pulang ke rumah (Sangatta). Sebagai gantinya, ia dijemput oleh mertua dan menghabiskan waktu selama seminggu di Magetan. Ada perasaan rindu yang tak terelakkan, tapi saya tahu, setiap perjalanan memiliki ceritanya sendiri.

Setelah seminggu berlalu, saya menyusulnya. Ada rasa haru ketika akhirnya bisa bertemu, memeluknya, dan mendengar kisahnya selama di pondok dan liburan di Magetan. Rasanya seperti memeluk kembali sebagian dari diri saya yang sedang tumbuh dan belajar memahami dunia dengan caranya sendiri.

Saya mengajaknya melanjutkan liburan ke Malang, kota yang menyimpan banyak jejak langkah saya di masa lalu. Bagi saya, Malang adalah saksi perjalanan panjang, dari seorang mahasiswa yang penuh impian hingga menjadi saya yang sekarang. Saya ingin menunjukkan padanya tempat di mana abinya dulu menimba ilmu – Universitas Muhammadiyah Malang (UMM).

Saat melangkah di gedung kampus, saya menceritakan berbagai kisah perjuangan di masa kuliah. Bagaimana setiap ujian dan tugas tak hanya mengasah pikiran, tapi juga menguatkan hati. “Nak, dulu abi sering berjalan di lorong ini dengan membawa setumpuk buku dan secangkir kopi. Kadang, abi tertidur di perpustakaan karena tugas yang menumpuk. Tapi di sanalah abi belajar, bahwa ilmu adalah cahaya yang akan selalu membimbing jalan kita.”

Ia mendengarkan dengan mata berbinar, seakan membayangkan dirinya di masa depan, mungkin juga di tempat ini atau belajar di kampus terbaik yang ada di Eropa.

Setelah puas berkeliling, kami melanjutkan perjalanan menuju Cinemapolis di Malang Town Square (Matos). Saya biarkan ia memilih film yang ingin ditonton. Terkadang, momen sederhana seperti ini justru menjadi ruang bagi kami untuk saling memahami. Dalam gelapnya bioskop, kami tertawa bersama, membiarkan cerita-cerita dalam film membawa kami sejenak keluar dari rutinitas.

Sore itu, sambil menikmati makanan ringan selepas film, saya berkata padanya,
“Liburan ini singkat, tapi abi harap ini bisa jadi bahan bakar semangatmu di pondok nanti. Dunia ini luas, Nak, dan ilmu akan membuka banyak pintu. Tapi ingat, sebaik-baik ilmu adalah yang mendekatkan kita kepada Allah dan memberi manfaat untuk sesama.”

Putri saya tersenyum, dan dalam hatinya, saya tahu, ia membawa pulang lebih dari sekadar pengalaman. Ada doa dan cinta yang terselip dalam setiap jejak langkah hari itu.

Liburan bukan hanya soal jalan-jalan, tapi tentang mempererat ikatan, mengajarkan kehidupan, dan menitipkan doa dalam setiap kebersamaan.

About sismanto

Check Also

Bahaya Pernikahan Menurut Imam al-Ghazālī: Tiga Āfāt al-Nikāḥ yang Mengancam

Bahaya Pernikahan (Āfāt al-Nikāḥ) قال الإمام الغزالي:“أما آفات النكاح فثلاث: الأولى وهي أقواها العجز عن …

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Discover more from Sismanto

Subscribe now to keep reading and get access to the full archive.

Continue reading