![]()
Bulan Rabiul Awal atau dikenal dengan bulan maulud adalah bulannya Kanjeng Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam. Pada bulan Rabiul Awal ini Kanjeng Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam dilahirkan, tepatnya pada hari Senin tanggal dua belas tahun Gajah. Pada bulan Maulid ini ada banyak cara yang dilakukan orang untuk merayakan perayaan hari lahir Kanjeng Nabi Muhammad Sallallahu Alaihi Wasallam.
Dahulu ada sebuah cerita yang terjadi pada bulan Maulud. Diceritakan ada seorang wali yang mengajak para santrinya untuk memperbanyak membaca sholawat. Semua santrinya mengikuti apa yang diperintahkan oleh gurunya itu, sehingga perintah untuk memperbanyak membaca shalawat sampai kepada seorang pembantu laki-laki yang memiliki juragan yang kaya raya.
Seorang pembantu yang mendengar perintah membaca shalawat itu mengamalkan dalam kehidupan sehari-harinya baik di rumah maupun di dalam pekerjaannya. "Habibtu, haromtu, wa adhimtu ala Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam" Saya cinta, hormat, dan takzim kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam.
Suatu ketika sang pembantu diperintah oleh juragannya untuk mengerjakan kegiatan di dalam pekerjaannya. Setiap diperintah oleh sang juragan, dia membaca sholawat Nabi sebanyak tiga kali dan begitu seterusnya. Setiap diperintah oleh juragannya sebelum memulai pekerjaannya dia membaca shalawat sebanyak tiga kali.
Melihat gelagat Ini akhirnya juragan menanyakan kepada sang pembantu apa yang membuatnya membaca shalawat tiga kali Ketika saya perintah atau mengerjakan sesuatu? "Maaf Tuan yang saya lakukan membaca sholawat nabi tiga kali ini semata-mata adalah saya ingin mendapatkan pahala dengan membaca shalawat, yaitu saya ingin berangkat naik haji," jawab sang pembantu.
"Baiklah, kalau begitu tahun depan kita akan berangkat haji bersama," jawab sang juragan memberikan harapan kepada pembantunya.
Hari berganti hari bulan berganti bulan, akhirnya datanglah musim Haji. Ternyata, sang juragan berangkat haji sendirian tidak membawa pembantunya. Mendengar kabar ini betapa sedih sang pembantu karena tidak jadi diajak oleh sang juragan.
Akhirnya sang pembantu setelah sholat Jumat dia naik pohon kelapa yang sangat tinggi, dipotong lah blarak atau pelepah pohon kelapa itu dan dia berdiri di atasnya. Pembantu itu kemudian membaca dengan ikhlas dan kemantapan hati, "Inna sholati wanusuki wamahyaya wamamati lillahi robbil alamin, sesungguhnya shalatku ibadahku hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah SWT ".
Tiba-tiba, sang pembantu dapat terbang dengan menaiiki Naik pohon kelapa hingga ia menyusul ke Makkah Madinah untuk menunaikan ibadah haji berangkat. Atas cerita inilah kemudian sang pembantu itu dikenal dengan sebutan "Wali blarak".
Sebagai seorang yang pernah menjadi santri mbeling di pesantren, saya juga memiliki pengalaman yang tidak bisa saya lupakan. Pernah suatu ketika saya hendak mengambil kelapa milik Mbah Kyai, saya panjat pohon kelapa yang berada di area pesantren dengan ketinggian kira-kira dua puluh lima meter. Begitu sampai di atas ketika hendak mengambil buah kelapa, ternyata Mbah Kyai berada di bawah sedang asyik membakar sampah kurang lebih dua jam lamanya.
Selama berada di atas pohon kelapa, saya hanya berdoa mudah-mudahan Mbah Kyai tidak tahu bahwa saya berada di atas pohon kelapa, tetapi saya yakin bahwa Mbah Kyai tahu saya berada di atas pohon. Untung saja pada kejadian itu saya tidak meniru apa yang dilakukan oleh "Wali blarak", bila saja saya melakukannya sebagaimana wali blarak dengan mata memotong pelepah pohon kelapa, tentu saja saya akan bisa terbang dan jatuh ke tanah…😎😎
#gambar diambil dari googling
Sismanto Kumpul dan Berbaris . . .
